In the previous article titled: "Why Regular Cybersecurity Training is Essential for Every Organization," we wrote:
"In
reality, cyber threats are not only becoming more sophisticated but also more
frequent, posing risks to organizations of all sizes. While technology plays a
crucial role in Defence, the most critical layer of security often lies in the
awareness and practices of an organization’s employees. Regular cybersecurity
training sessions are vital to building a robust Defence against potential
attacks."1
The
previous session was dedicated to: " Building a Culture of
Continuous Learning in Cybersecurity."2
This
session is dedicated to "THE CONTENT EVOLUTION 0r ADAPTING CYBERSECURITY TRAINING
TO EMERGING NEEDS”.
Content Evolution:
Cybersecurity
training is not a one-time initiative; it must be dynamic and evolve to match
the ever-changing threat landscape and the progression in employees' skills and
understanding. A robust and adaptable training program ensures that employees
stay vigilant, informed, and prepared to mitigate risks effectively. The
evolution of training content revolves around three critical dimensions: new
threats, technological changes, and feedback-driven improvements.
1.
Addressing New Threats:
Cyber
threats are constantly adapting, becoming more sophisticated and difficult to
detect. Regular updates to training programs ensure employees understand the
latest attack vectors, tactics, and mitigations. Here’s how training content
can incorporate new threats:
- Highlight Emerging Threats: Recent cyber threats, such as the Amadey and StealC malware
families, serve as practical examples for training sessions.
- Amadey Malware: This Trojan is designed to distribute secondary payloads such as
ransomware or information stealers. It often infiltrates systems through
phishing emails and exploits vulnerabilities. Employees should learn to
recognize phishing attempts and the potential damage caused by such
malware.
- StealC Malware: A stealthy information stealer that focuses on exfiltrating
sensitive data like credentials and personal information. Training can
include hands-on exercises to identify suspicious behaviour indicative of
StealC infections, emphasizing how such breaches compromise
organizational and individual security.
- Simulate Realistic Scenarios: Provide mock attack exercises based on current threat
intelligence. Employees who experience simulated attacks in a controlled
environment are better prepared for real-world incidents.
- Update Awareness: Include discussions on broader attack trends such as
ransomware-as-a-service (RaaS), zero-day exploits, and social engineering
tactics, emphasizing preventive measures.
2.
Integrating Technological Changes:
As
organizations adopt new tools, platforms, or devices, the security challenges
associated with these technologies must be proactively addressed in training
programs. Ignoring this aspect could expose critical vulnerabilities.
- Secure Onboarding of Tools:
- When implementing a new
collaborative platform, such as a project management tool or cloud-based
service, provide detailed training on security configurations, access
control, and data protection policies.
- For instance, a shift to
SydeCloud 2.0 could involve specific modules on how to securely store,
share, and retrieve data in this private cloud environment.
- Device-Specific Training: With the rise of IoT and mobile devices, employees must understand
secure practices like maintaining strong passwords, avoiding public Wi-Fi
for work purposes, and identifying rogue devices.
- Adaptable Modules: Develop on-demand training tailored to the organization’s
technology stack. Modular training ensures relevance and scalability.
3.
Leveraging Feedback for Continuous Improvement:
An
effective training program must be iterative, using insights from incidents,
assessments, and employee feedback to refine and enhance content over time.
This ensures that training remains not only relevant but also deeply impactful.
- Analysing Internal Incidents:
- Use examples of security
breaches or near-misses within the organization to illustrate potential
consequences of neglecting security protocols.
- For example, if an
employee’s mishandling of sensitive information led to an attempted
phishing attack, highlight the event in training to emphasize the
importance of data handling best practices.
- Incorporating Public Cases: Share lessons learned from high-profile attacks, such as the
ransomware incident at Synnovis that disrupted hospitals in Southeast
London. Use such examples to discuss the broader implications of poor
security measures, including reputational damage and operational downtime.
- Employee Engagement and Surveys:
- Regularly survey employees
to identify gaps in their knowledge or emerging challenges they encounter
in their roles.
- Encourage open discussions
during sessions to uncover real-world scenarios employees face, fostering
a culture of shared learning.
Conclusion:
The dynamic
nature of cybersecurity requires training programs to evolve continuously. By
addressing new threats, adapting to technological changes, and leveraging
incident feedback, organizations ensure that their workforce remains the
strongest line of defence against cyber threats. An evolving training program
not only protects the organization but also empowers employees, building a
security-first culture that adapts as swiftly as the threats themselves.
1 https://patricien.blogspot.com/2024/11/why-regular-cybersecurity-training-is.html
2 https://patricien.blogspot.com/2025/01/mengapa-pelatihan-keamanan-siber-secara.html
#cybersecurity #training #SYDECO
#ARCHANGEL #VPN #cyber threats #passwords #phishing #social engineering
Mengapa Pelatihan Keamanan Siber Secara
Teratur Penting untuk Setiap Organisasi - 10
Evolusi Konten: Menyesuaikan Pelatihan Keamanan Siber dengan Kebutuhan yang
Berkembang
Dalam artikel sebelumnya yang berjudul: "Mengapa
Pelatihan Keamanan Siber Secara Teratur Penting untuk Setiap Organisasi",
kami menulis:
“Pada kenyataannya, ancaman siber tidak hanya
menjadi semakin canggih tetapi juga semakin sering terjadi, menimbulkan risiko
bagi organisasi dari berbagai ukuran. Meskipun teknologi memainkan peran
penting dalam pertahanan, lapisan keamanan yang paling krusial seringkali
terletak pada kesadaran dan praktik para karyawan di sebuah organisasi. Sesi
pelatihan keamanan siber secara teratur sangat penting untuk membangun
pertahanan yang kuat terhadap potensi serangan.” 1
Sesi sebelumnya didedikasikan untuk: "Membangun
Budaya Pembelajaran Berkelanjutan dalam Keamanan Siber." 2
Sesi ini didedikasikan untuk: "EVOLUSI
KONTEN atau MENYESUAIKAN PELATIHAN KEAMANAN SIBER DENGAN KEBUTUHAN YANG
BERKEMBANG."
Evolusi
Konten
Pelatihan keamanan siber bukanlah inisiatif
sekali waktu; pelatihan ini harus dinamis dan berkembang sesuai dengan
perubahan lanskap ancaman serta peningkatan keterampilan dan pemahaman
karyawan. Program pelatihan yang kuat dan adaptif memastikan karyawan tetap
waspada, terinformasi, dan siap memitigasi risiko secara efektif. Evolusi
konten pelatihan berputar pada tiga dimensi kritis: ancaman baru, perubahan
teknologi, dan perbaikan berbasis masukan.
1.
Menghadapi Ancaman Baru:
Ancaman siber terus berkembang, menjadi
semakin canggih dan sulit terdeteksi. Pembaruan rutin pada program pelatihan
memastikan karyawan memahami vektor serangan, taktik, dan mitigasi terbaru.
Berikut ini cara konten pelatihan dapat mencakup ancaman baru:
- Soroti Ancaman Baru:
Ancaman siber terkini seperti keluarga malware Amadey dan StealC dapat
menjadi contoh praktis untuk sesi pelatihan.
- Malware Amadey: Trojan
ini dirancang untuk mendistribusikan muatan sekunder seperti ransomware
atau pencuri informasi. Trojan ini sering masuk melalui email phishing
dan memanfaatkan kerentanan. Karyawan harus belajar mengenali upaya
phishing dan potensi kerusakan yang disebabkan oleh malware semacam itu.
- Malware StealC: Sebuah pencuri informasi yang beroperasi secara diam-diam, berfokus pada pengambilan data sensitif seperti kredensial dan informasi pribadi. Pelatihan dapat mencakup latihan praktis untuk mengenali perilaku mencurigakan yang mengindikasikan infeksi StealC, menekankan bagaimana pelanggaran semacam itu mengkompromikan keamanan organisasi dan individu.
- Simulasi Skenario Nyata:
Berikan latihan serangan tiruan berdasarkan intelijen ancaman terkini.
Karyawan yang mengalami serangan simulasi dalam lingkungan terkendali
lebih siap menghadapi insiden nyata.
- Perbarui Kesadaran:
Sertakan diskusi tentang tren serangan yang lebih luas, seperti
ransomware-as-a-service (RaaS), eksploitasi zero-day, dan taktik rekayasa
sosial, dengan menekankan langkah-langkah pencegahan.
2.
Mengintegrasikan Perubahan Teknologi:
Ketika organisasi mengadopsi alat, platform,
atau perangkat baru, tantangan keamanan yang terkait dengan teknologi ini harus
diatasi secara proaktif dalam program pelatihan. Mengabaikan aspek ini dapat
membuka celah kritis.
- Penerapan Aman Alat Baru:
- Saat menerapkan platform kolaboratif baru, seperti alat manajemen
proyek atau layanan berbasis cloud, berikan pelatihan mendetail tentang
konfigurasi keamanan, kontrol akses, dan kebijakan perlindungan data.
- Sebagai contoh, peralihan ke SydeCloud 2.0 dapat mencakup
modul khusus tentang cara menyimpan, berbagi, dan mengambil data secara
aman dalam lingkungan cloud pribadi ini.
- Pelatihan Spesifik Perangkat:
Dengan meningkatnya penggunaan perangkat IoT dan perangkat seluler,
karyawan harus memahami praktik aman seperti menjaga kata sandi yang kuat,
menghindari Wi-Fi publik untuk tujuan pekerjaan, dan mengidentifikasi
perangkat yang mencurigakan.
- Modul yang Dapat Disesuaikan:
Kembangkan pelatihan sesuai permintaan yang disesuaikan dengan tumpukan
teknologi organisasi. Pelatihan modular memastikan relevansi dan
skalabilitas.
3.
Memanfaatkan Umpan Balik untuk Perbaikan Berkelanjutan:
Program pelatihan yang efektif harus bersifat
iteratif, menggunakan wawasan dari insiden, penilaian, dan umpan balik karyawan
untuk menyempurnakan dan meningkatkan konten dari waktu ke waktu. Ini
memastikan pelatihan tetap relevan dan berdampak besar.
- Analisis Insiden Internal:
- Gunakan contoh pelanggaran keamanan atau insiden hampir celaka
dalam organisasi untuk menggambarkan konsekuensi potensial dari
mengabaikan protokol keamanan.
- Misalnya, jika penanganan informasi sensitif oleh seorang karyawan menyebabkan upaya phishing, soroti kejadian ini dalam pelatihan untuk menekankan pentingnya praktik terbaik dalam penanganan data.
- Inklusi Kasus Publik: Bagikan pelajaran yang diperoleh dari serangan profil tinggi, seperti insiden ransomware di Synnovis yang mengganggu rumah sakit di London Tenggara. Gunakan contoh semacam itu untuk mendiskusikan implikasi yang lebih luas dari langkah-langkah keamanan yang buruk, termasuk kerusakan reputasi dan waktu henti operasional.
- Keterlibatan dan Survei Karyawan:
- Survei secara teratur karyawan untuk mengidentifikasi kesenjangan
dalam pengetahuan mereka atau tantangan yang muncul yang mereka hadapi
dalam peran mereka.
- Dorong diskusi terbuka selama sesi untuk mengungkapkan skenario
dunia nyata yang dihadapi karyawan, membangun budaya pembelajaran
bersama.
Kesimpulan:
Sifat
dinamis dari keamanan siber membutuhkan program pelatihan untuk terus
berkembang. Dengan mengatasi ancaman baru, menyesuaikan dengan perubahan
teknologi, dan memanfaatkan umpan balik insiden, organisasi memastikan bahwa
tenaga kerjanya tetap menjadi lini pertahanan terkuat terhadap ancaman siber.
Program pelatihan yang terus berkembang tidak hanya melindungi organisasi
tetapi juga memberdayakan karyawan, membangun budaya keamanan yang mampu
beradaptasi secepat ancaman itu sendiri.
No comments:
Post a Comment